expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Apa perbedaan borong bangunan per meter persegi dengan borong mengacu pada RAB




Anda pasti pernah melihat di website-website yang menawarkan jasa kontraktor biasanya terdapat price list/daftar harga borong bangunan per meter persegi(m2) termasuk di website kami ini bukan?. price list harga penting untuk memberikan informasi kepada calon kustomer sebagai salah satu bahan pertimbangannya di dalam menentukan siapa yang akan diserahkan pelaksanaan pembangunan propertinya.namun ada juga harga borong bangunan mengacu pada RAB atau kepanjangan dari Rencana Anggaran Bangunan, apa sih maksud kedua jenis sistem borong tersebut? berikut ini penjelasannya:

A. Sistem borong bangunan per meter persegi (m2) bangunan 
ialah sistem borong bangunan yang meliput borong tenaga dan bahan bangunan/material, dengan menggunakan rumus perhitungan: TBB = HPM x LTB HPM=HSP TBB= Total Biaya Borongan HPM= Harga per meter persegi borongan LTB= Luas Total Bangunan HSP=Harga Spesifikasi Pilihan misalnya pak Jony hendak memborongkan rumahnya ke pada kontraktor, luas bangunan yang hendak di bangun seluas 100m2 hanya bangunan1 lantai , pak Jony memilih spesifikasi Rumah/bangunan standar untuk bangunannya. harga spesifikasi bangunan standar yang di tetapkan kontraktor adalah Rp. 3.300.000 per meter persegi maka didapatkan hasil: Rp. 3.300.000,- x 100m2 = Rp. 330.000.000,- Menentukan Harga spesifikasi pilihan(HSP): ditentukan oleh kontraktor berdasarkan pengalaman-pengalaman proyek yang sudah dilaksanakannya dan mengacu pada RAP(rencana Anggaran Proyek) yang di buatnya.a kontraktor biasanya membuat klasifikasi harga borong bangunan berdasarkan spesifikasi yang ditentukannya atau setara biaya dengan itu. 


Kelebihannya: 

⇒Estimasi Biaya lebih cepat sehingga klien/konsumen dengan cepat pula mendapatkan informasi perkiraan budget yang harus di siapkannya, bahkan konsumen dapat menghitung sendiri dengan menggunakan Rumus diatas 

⇒Mempercepat pelaksanaan proyek pembangunan karena Kontraktor bisa langsung menyusun pos-pos pembiayaan proyek dalam RAP berdasarkan spesifikasi pilihan klien. 

Kekuranganya: 

⇒Konsumen kurang leluasa memilih sendiri spesifikasi bangunannya karena sudah mengacu pada klasifikasi harga borong bangunan berdasarkan spesifikasi bangunan, namun paling tidak konsumen masih bisa memilih mengenai warna dan corak/motif keramik, warna cat, warna genteng, namun semakin rendah spesifikasi biasanya pilihan itupun terbatas tergantung bahan yang tersedia di pasaran untuk tiap-tiap spesifikasi bangunan, 

⇒harga borong bangunan tidak termasuk kelengkapan bangunan seperti pagar, taman, teralis, PAM/sumur, penangkal petir dan lain-lain yang sifatnya sekunder dan tersier pada bangunan jadi konsumen hanya menerima yang pokok saja dari bangunan sesuai rumus Luas bangunan dikali harga borongan per meter persegi 


B. Sistem borong bangunan mengacu pada RAB 
ialah sistem borong bangunan yang meliput borong tenaga dan bahan bangunan/material, dengan menggunakan perhitungan persatuan kerja berdasarkan bagian-bagian dan tahapan-tahapan pekerjaan yang akan dilakukan mulai dari tahap pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton, pekerjaan dinding, atap, lantai, atap, plafon, lantai, sanitar dll.

berikut ini contoh sebagian RAB diambil dari RAB pekerjaan Tahun 2012: 
Harga-Harga Satuan Kerja(Satker) pada RAB sudah termasuk komponen biaya upah tukang, bahan bangunan dan supervisi proyek oleh kontraktor. harga satuan kerja kontraktor biasanya mengacu kepada AHS sni yakni Analisa Harga Satuan berdasarkan SNI(Standar Nasional Indonesia) dan selalu di update setiap tahunnya menyesuaikan kepada harga-harga bahan, dan harga upah tukang bangunan. 


kelebihannya:


⇒Spesifikasi dan satuan pekerjaan lebih detail dan rinci sehingga klien/konsumen mendapatkan informasi yang jelas dan terang mengenai apa-apa saja ia beli dari kontraktor sehingga lebih transparan dan mudah untuk di review.

⇒konsumen lebih leluasa dalam memilih spesifikasi bahan yang ia inginkan sehingga konsumen akan lebih puas karena ia membeli dari kontraktor apa yang benar-benar diinginkannya

⇒Bebas repot dan tinggal terima beres, konsumen juga leluasa meminta kontraktor memasukan pekerjaan-pekerjaan bangunan yang sifatnya sekunder, dan tersier seperti pagar, taman, teralis, PAM/sumur, penangkal petir, gordyn, AC, kitchenset, landscape, pekerjaan interior, dan lain-lain

⇒Lebih Adil baik bagi konsumen maupun bagi kontraktor, sebab konsumen dapat mengajukan klaim apabila yang dikerjakan kontraktor tidak sesuai/di bawah dari jumlah maupun kualitas spek yang tercantum di RAB, demikian pula sebaliknya kontraktor dapat mengajukan klaim penambahan biaya apabila konsumen meminta lebih dari jumlah maupun kualitas spek yang tercantum di RAB


Kekurangannya:


⇒perhitungan estimasi sedikit lebih lambat karena kontraktor harus menyusun kalkulasi satu demi satu berdasarkan permintaan konsumen

⇒karena perhitungan nya lebih menyeluruh bukan hanya pada bangunan/pekerjaan primer saja tapi juga memasukan pekerjaan tambahan yang memang tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan sipilnya itu sendiri contohnya: pada pekerjaan Elektrikal tidak meliputi intalasi/jaringan listrik PLN, demikian juga untuk pekerjaan Sumber air bersih seperti sumur ataupun PAM, juga pekerjaan lainnya yg terkait seperti pekerjaan teralis, interior, kitchen set, pagar, Landscape(taman), dan lain sebagainya sehingga total hasil perhitungan RAB biasanya nampak seolah  lebih mahal dibandingkan sistem borong per meter persegi, walaupun berdasarkan pengalaman saya selisihnya tidak terlalu signifikan, namun akan sama saja jika konsumen mengorder sendiri tambahan-tambahan yang sifatnya sekunder dan tersier tanpa melalui kontraktor, belum lagi memerlukan waktu. 

Demikian perbedaan borong bangunan per meter persegi dengan borong mengacu pada RAB. semoga bermanfaat.

Baca juga: 
Jika anda memerlukan jasa Kontraktor yang Handal, Profesional, dan terpercaya maka Empros Kontraktor adalah salah satu memenuhi yang kriteria tersebut, cek tentang Empros Kontraktor disiniπŸ‘‰>>> atau klik dibawah iniπŸ‘‡