expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Mengapa menghitung biaya borong Renovasi /bangun rumah baru lebih akurat mengacu RAB daripada borong M² ?


RAB atau Rencana Anggaran Biaya Bangunan, masih belum banyak diketahui oleh masyarakat pada umumnya, dan bagi yang hendak merenovasi atau membangun rumah baru pada khususnya. bahkan banyak pula kontraktor atau pemborong bangunan yang sama-sekali tidak mengerti RAB dan fungsi dari RAB. padahal fungsi RAB itu sangat penting untuk membuat estimasi/perkiraan yang akurat untuk mengetahui budget renovasi atau bangun rumah baru yang harus di persiapkan. 

sering kita mendengar kasus pemborong menghentikan pekerjaan renovasi/bangun rumah baru milik kliennya karena merasa kekurangan dana dan belum dikucuri dana lagi dari pemilik rumah. sementara si pemilik rumah menahan dana kepada pemborongnya karena merasa sudah mengeluarkan banyak uang kepada si pemborong namun jika membandingkan dengan hasil pekerjaan yang telah dilakukan si pemborong dan timnya tidak sebanding.

usut punya usut ternyata penetapan harga borongan oleh pemborong kepada pemilik rumah menggunakan sistem "nembak" yang berdasarkan perhitungan harga borong permeter persegi bangunan x luas bangunan. menurut pengalaman kami selama 12 tahun berkecimpung di bidang jasa kontraktor rumah, sistem "nembak" seperti diatas sebenarnya tidak bisa di jadikan pegangan penetapan biaya yang akurat, sistem itu hanya sekedar perkiraan awal saja, bukan perhitungan final, sebaiknya perhitungan biaya renovasi tetap menggunakan RAB, karena lebih terperinci mengenai harga-harga atas komponen, harga satuan pekerjaan, di kalikan Volume(banyaknya) pekerjaan, berdasarkan permintaan / keinginan dan budget yang di miliki oleh pemilik rumah. sehingga berlaku prinsip pemborongan I do what the client needs : saya Kerjakan yang klien butuhkan, bukan I do what the client wants : saya kerjakan yang klien inginkan. sebab perlu di perjelas antara kebutuhan dengan keinginan mempunyai perbedaan batasan yang sangat jauh jika mengukur kepada kemampuan.

kebutuhan lebih menekankan aspek fungsi utama dan yang terpenting, sedangkan keinginan lebih cenderung kepada hasrat, imajinasi, dan ekspektasi yang tidak bersandar kepada kemampuan untuk meraih/membelinya. jadi ketika seorang kontraktor mengajukan penawaran harga berdasarkan kepada perhitungan RAB yang benar maka itu lebih fair(adil), lebih jelas transparan pula bagi klien selaku pemilik proyek/rumah, karena bagi klien berlaku prinsip : I just pay what they realize : saya hanya bayar apa yang mereka wujudkan. lebih adil bukan? dan jelas dengan menggunakan RAB budget renovasi/bangun rumah baru lebih Terukur, tidak mengandung unsur spekulasi seperti sistem "nembak" harga seperti yang ditulis diatas.Berikut ini adalah fungsi RAB proyek:


Fungsi RAB bagi Owner atau Pemilik pekerjaan:


✅Sebagai alat bantu dalam menentukan besarnya Budget atau biaya yang harus dikeluarkan untuk pembangunan atau pelaksanaan suatu pekerjaan. 

✅Pengaturan perputaran pembiayaan (cash flow) 

✅Sebagai alat bantu dalam melakukan penilaian atau perbandingan dalam menentukan kelayakan harga penawaran dari kontraktor. 

✅Dan sebagai alat pengukur kelayakan suatu pekerjaan secara ekonomi 

✅Berfungsi sebagai alat bantu dalam menghitung kemajuan pekerjaan atau progress dari suatu proyek. 

✅Sebagai dokumen yang menguatkan kontrak pekerjaan proyek

Fungsi RAB bagi Kontraktor:


✅Berfungsi sebagai estimasi harga dalam proses penawaran 

✅Penentu kelayakan ekonomi proyek atau suatu pekerjaan. Jika hasil estimasi tidak memberikan nilai secara ekonomi, kontraktor akan cenderung untuk tidak melakukan penawaran 

✅Sebagai acuan dalam manajemen proyek, khususnya pengendalian keuangan proyek 

✅Sebagai alat ukur pelaksanaan volume pekerjaan - pekerjaan proyek 

✅Sebagai dokumen yang menguatkan kontrak pekerjaan proyek Dan sebagai dokumen penguat kontrak proyek maka RAB tidak bisa tidak harus dibuat dengan teliti dan fair. demikian, semoga bermanfaat.(Egi Masna)